Japanese Film Festival Online 2022 – The God of Ramen
JFF Online 2022 menghadirkan sebuah film dokumenter mengharukan berjudul “The God of Ramen” yang mengisahkan kehidupan Kazuo Yamagishi, sosok legendaris yang memiliki pengaruh besar pada industri ramen di Jepang.
“Aku ingin pelangganku pulang dalam keadaan kenyang. Itulah ramen-ku”
Kazuo Yamagishi merupakan pemilik kedai ramen Taishoken, yang terletak di Ikebukuro Timur, dekat gedung Sunshine 60. Kedai ini sangat terkenal dan setiap hari selalu dipenuhi antrian panjang, bahkan orang-orang rela mengantri hingga 2 jam hanya untuk menikmati semangkuk ramen dan tsukemen. Pengunjungnya tak saja orang-orang yang menggemari ramen, tapi juga pelanggan yang rutin makan di tempat ini bahkan ada yang sudah belasan tahun. Apa yang membuat ramen ini terkenal rupanya bukan sekedar rasanya yang enak, tapi porsinya yang besar, juga keramahan Yamagishi pada setiap pengunjung. Yamagishi mengaku ini adalah ciri khas ramen-nya, karena ia ingin melihat pelanggannya senang dan bisa pulang dalam keadaan perut kenyang.
Yamagishi mulai belajar membuat ramen di usianya yang masih muda. Setelah berlatih selama 10 tahun, ia membuka kedai ramen Taishoken pada tahun 1960. Setiap hari Yamagishi bangun subuh untuk membuat sup ramen dan mie. Walau memiliki banyak murid magang, Yamagishi hampir mengerjakan semua persiapan hingga membuat pesanan pelanggan sendirian karena kondisi dapur yang sangat sempit. Namun Yamagishi tidak pelit ilmu, sejak membuka kedai Taishoken, ia sudah menerima ratusan murid yang magang sekedar beberapa hari, bulanan, hingga tahunan. Mereka juga diperbolehkan membuka kedai ramen dengan nama Taishoken tanpa dikenakan biaya franchise.
Harta berharga yang melebihi ramen
Semangat Yamagishi dalam membuat ramen selama 40 tahun tidak terlepas dari sosok istrinya, Fumiko, yang meninggal di usia muda. Sejak ditinggal istrinya, Yamagishi tidak pernah memikirkan kebahagiaan lain selain mencurahkan hidupnya membuat ramen yang menjadi makanan kesukaan sang istri. Bahkan ketika ia divonis menderita osteoartritis pada lutut dan jari tangannya dan diprediksi tidak akan bisa bediri lagi bila tidak segera dioperasi, Yamagishi terus bekerja membuat ramen. Kondisi kesehatannya semakin diperparah dengan penyakit varises dan obesitas, hingga suatu hari Yamagishi kolaps di kedainya dan harus menjalani perawatan berbulan-bulan di rumah sakit. Sejak ditinggal Yamagishi, kedai Taishoken yang dikelola oleh murid magangnya mulai ditinggal pelanggan, antrian di depan kedai ramen tidak lagi terlihat…
Dokumenter yang berjudul asli “Ramen yori taisetsu na mono” ini ditayangkan di Jepang pada tahun 2013. Digarap oleh sutradara Takashi Innami, proses dokumentasi film ini memakan waktu lebih dari 10 tahun, yang diambil sejak tahun 2001 ketika Yamagishi berusia 67 tahun. Dalam film ini penonton akan melihat dinamika kedai ramen Taishoken dan pengaruhnya pada industri ramen di Jepang, juga kehidupan dan rahasia sang legenda ramen yang mengagumkan sekaligus mengharukan.