TOKYO, KOTA TERAMAN DI DUNIA.
Tentunya Tokyo yang menjadi ibukota Jepang sudah tidak asing lagi namanya. Tokyo dikenal sebagai kota yang mampu mengimbangi kebudayaan modern dan kebudayaan tradisional Jepang. Sejak tahun 2012, Tokyo menduduki peringkat pertama kota teraman di dunia untuk dikunjungi, mengungguli Singapura yang menduduki posisi kedua dan Kroasia yang menduduki posisi ketiga. Hingga kini posisi Tokyo belum tergantikan, apalagi saat ini Tokyo tengah berbenah diri dengan lebih meningkatkan pelayanan untuk orang asing dan sistem keamanan mereka untuk menyambut Olimpiade tahun 2020 mendatang yang menjadikan Tokyo sebagai tuan rumah. Status Tokyo sebagai kota teraman didukung oleh posisi Jepang yang kini menempati urutan pertama sebagai negara teraman untuk tinggal berdasarkan tingkat kejahatan (sumber: http://www.statisticbrain.com/safest-countries-to-live-in-the-world/).
Banyak orang awam yang berpikir karena Jepang terkenal oleh industri video dewasa dan pakaian yang minim maka tingkat kejahatan seksual pasti banyak di negara sakura tersebut. Pada kenyataannya justru berbanding terbalik dan sangat jarang kasus kejahatan seksual terjadi. Selama tinggal di Jepang penulis jarang sekali mendengar berita kriminal, meskipun bukan berarti Jepang adalah negara yang bebas dari kriminalitas. Tentunya Tokyo terpilih sebagai kota teraman bukan tanpa alasan. Penulis akan berbagi pengalaman yang menguatkan predikat tersebut dimana banyak orang asing yang berpendapat sama.
1. Seorang anak dapat bepergian sendirian tanpa dikawal orang tua.
Anak-anak sekolah dasar di Jepang berjalan bersama teman atau seorang diri ke sekolah tanpa didampingi orang tua sudah menjadi pemandangan sehari-sehari di pagi hari. Penulis kagum dengan pemandangan tersebut karena hal ini berarti keadaan di Tokyo cukup aman sehingga para orang tua tidak khawatir jika anaknya pergi seorang diri. Di jaman sekarang, hal seperti ini tidak mungkin terjadi di Jakarta, karena selain tidak amannya lingkungan juga lalu lintas yang membahayakan anak untuk pergi seorang diri. Seorang pengamat dari Amerika juga kagum dengan keadaan di Tokyo dan mengatakan hal tersebut tidak mungkin terjadi di Amerika.
2. Malam hari pun aman.
Banyak orang yang beranggapan malam hari adalah waktunya untuk berkumpul bersama keluarga dan tidak keluar rumah karena banyak orang jahat yang memanfaatkan gelapnya malam. Tetapi hal tersebut tidak berlaku di Tokyo. Orang dapat keluar di tengah malam buta tanpa merasa khawatir. Penulis sering sekali menjumpai wanita berjalan kaki seorang diri pada jam 2 atau 3 pagi sekalipun. Tidak jarang juga menjumpai wanita yang jogging di malam hari seorang diri, dimana hal ini adalah hal wajar karena kebanyakan orang Jepang hanya memiliki waktu untuk berolahraga di malam hari, karena sejak pagi hingga malam waktunya habis untuk bekerja. Seorang pelancong asal Nigeria bercerita dirinya pernah kebanyakan minum alkohol hingga mabuk dan tertidur di pinggir jalan dengan keadaan membawa tas berisi banyak uang, tetapi tak ada satu orangpun yang mau mencuri, malah ada seorang ibu yang membantu menolong dia untuk pulang.
3. Barang yang terjatuh biasanya kembali.
Ketika sampai di rumah, saat mencari sesuatu ternyata tidak ada, setelah dipikir-pikir, kemungkinan besar barang tersebut terjatuh di jalan. Pastinya setiap orang pernah mengalaminya. Biasanya penulis akan pasrah saja karena barang itu sudah pasti akan hilang karena kemungkinan besar diambil orang lain. Tetapi, penulis penasaran untuk mencari barang tersebut sewaktu yakin barang tersebut terjatuh di salah satu jalan di Akihabara yang baru saja dikunjungi beberapa jam lalu. Penulis kemudian mendatangi koban (pos polisi) yang ada di jalan tersebut dan menceritakan apa yang terjadi. Bukan maen kagetnya saat polisi yang berjaga di pos tersebut menunjukkan barang penulis yang hilang ada di dalam kotak barang hilang yang ditemukan. Penulis hanya diminta untuk mengisi data diri untuk mengambil barang tersebut. Beberapa orang turis dari China menceritakan kejadian yang serupa dan kagum dengan Tokyo. Hal ini dikarenakan biasanya orang di Tokyo tidak mau mengambil barang yang bukan miliknya. Meskipun demikian, penulis pernah kehilangan kartu Suica (kartu prabayar) di salah satu stasiun di Shibuya, tapi tidak pernah kembali. Tidak selalu semua barang yang terjatuh akan kembali, tetapi 90% biasanya kembali, merupakan presentasi yang cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan sudah mulai banyaknya orang pendatang di Tokyo yang kemungkinan besar akan mengambil barang-barang yang ditemukan meskipun bukan miliknya.
Meskipun Tokyo memegang predikat sebagai kota teraman, bukan berarti harus lengah karena waspada harus senantiasa ada. Ada bebrapa daerah di Tokyo yang dikenal berbahaya untuk dikunjungi, salah satunya adalah Kabuki-cho di Shinjuku. Meskipun tidak akan ada masalah jika tidak mengganggu orang-orang yang ada di sana, ada baiknya menjauhi kawasan tersebut di malam hari jika bepergian sendiri. Selain itu, sudah banyaknya orang asing yang datang dan tinggal di Tokyo, seringkali disinyalir sebagai penyebab mulai meningkatnya kriminalitas di Tokyo.
Text by Aditya Rai
Photo by Aditya Rai & courtesy of Japan Travel.