INDONESIA NOMOR 1 TUJUAN BISNIS JEPANG, BAGAIMANA DENGAN ENTERTAIMENT?
Di tahun 2014, Indonesia menjadi negara yang paling diminati sebagai tujuan bisnis baru berbagai perusahaan Jepang. Memburuknya hubungan antara Jepang dengan China memberi dampak yang sangat besar bagi perusahaan Jepang pemilik kantor cabang dan pabrik di China, disebabkan semakin adanya tekanan dari pemerintah China untuk perusahaan yang berasal dari Jepang. Salah satu pemicu lain yang membuat perusahaan Jepang berpikir untuk mulai meninggalkan China adalah demo anti Jepang yang sempat menghancurkan salah satu department store AEON yang ada di China. Saat ini, aliran investasi Jepang yang awalnya dialirkan ke China, mulai dialihkan ke Asia Tenggara terutama Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand yang terrgabung dalam ASEAN. Berdasarkan dari laporan bank dunia pada tahun 2013, investasi Jepang ke negara ASEAN meningkat sebesar 7%, sedangkan aliran investasi ke China berkurang sebesar 2,9%.
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2013, investasi di Malaysia naik hingga 19%, di Indonesia naik hingga 17%, di Singapura naik hingga 5%, sedangkan di Thailand mengalami penurunan sebesar 12% karena ketidakstabilan politik di negara tersebut. Investasi di Filipina mencatatkan peningkatan hingga 188% pada kuartal 1 hingga kuartal 3, tetapi mengalami penurunan drastis di kuartal 4 akibat bencana taifun yang melanda negara tersebut, meskipun tetap mencatatkan kenaikan sebesar 24%.
Pemicu utama Jepang tertarik untuk berinvestasi di negara ASEAN karena stuktur populasi dan pasar yang besar, serta banyaknya anak muda yang kreatif. Tentunya jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak dan wilayah keseluruhan Indonesia yang sangat luas bisa menjadi pasar yang menggiurkan. Karena itulah sejak awal 2014 semakin banyak perusahaan Jepang yang mulai mendirikan kantor dan pabrik di Indonesia, sehingga berbagai jenis jasa yang menggunakan nama dan pelayanan Jepang semakin bertambah jumlahnya. Melihat keadaan saat ini, tidak aneh jika di tahun-tahun mendatang akan lebih banyak lagi perusahaan Jepang yang datang ke Indonesia. Hal ini membuat pecinta Jepang di Indonesia merasa senang karena semakin banyak kesempatan untuk dapat bekerja di perusahaan Jepang sebagai batu loncatan untuk bisa pergi ke Jepang di kemudian hari.
Peningkatan yang signifikan terlihat pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri dan jasa. Lalu bagaimana dengan bidang entertainment? Berdasarkan data yang ada, sebagian besar pengunjung yang menghadiri berbagai acara yang berhubungan dengan anime dan manga yang diadakan di Singapura adalah orang Indonesia. Secara logika, akan lebih menguntungkan jika acara-acara tersebut langsung diadakan di Indonesia atau membangun kantor perwakilan langsung di Indonesia. Benarkah demikian?
Pada kenyataannya, selain membawa artis dan mengadakan konser di Singapura, perusahaan entertainment Jepang ternyata lebih senang membawa artisnya ke Vietnam atau Thailand dibandingkan ke Indonesia. Hal ini dikarenakan fans di kedua negara tersebut dikenal lebih loyal dan lebih menghargai hak cipta. Menyedihkan memang, negara sebesar Indonesia dengan jumlah fans dan otaku yang sangat banyak, dicap sebagai negara yang paling banyak melakukan pelanggaran hak cipta kedua setelah China. Mudah ditemukannya barang-barang kopian di Indonesia membuat perusahaan entertainment yang menaungi artis, anime, dan manga, harus berpikir panjang dulu sebelum datang untuk memulai bisnis di Indonesia.
Berdasarkan wawancara Doki Doki Station dengan berbagai perusahaan entertainment yang sudah mencoba untuk datang dan melakukan penelitian di Indonesia, mengatakan selama tidak adanya apresiasi terhadap karya yang original, maka sulit bagi mereka untuk membuka cabang di Indonesia. Perusahaan-perusahaan Jepang yang sempat datang ke acara tempat berkumpulnya para otaku dalam skala besar seperti AFA Indonesia pun kebanyakan mengatakan mendapatkan angka penjualan yang minus dan tidak sedikit pula yang kapok.
Dalam keadaan di Indonesia saat in dimana kopian dan pelanggaran hak cipta seakan sudah mendarah daging, hanya produk mainan seperti figurine dan plastic model yang bisa bertahan untuk didukung langsung oleh perusahaan Jepang, tetapi dengan mulai masuknya produk bajakan dari China belakangan ini, turut menggoyahkan pasar ini dan ada kemungkinan dicabutnya dukungan dari Jepang.
Pada tahun 2013, dengan suksesnya konser L’arc en Ciel di Jakarta, banyak record label dari Jepang yang ingin membawa artis mereka ke Indonesia, tetapi setelah melakukan berbagai penelitian dan mendapatkan data, banyak yang mengurungkan niatnya. Di tahun yang sama, Zepp Live Entertainment yang bergerak sebagai jasa penyedia tempat konser untuk artis-artis Jepang, datang ke Indonesia dengan membawa rencana untuk membangun salah satu tempat konser mereka di Jakarta sehingga artis-artus Jepang akan lebih mudah terpenuhi kebutuhan perangkatnya saat konser di Indonesia, dimana jika tempat konser itu sampai dibangun maka sudah dapat dipastikan akan ada banyak artis Jepang yang datang ke Indonesia. Tetapi, lagi-lagi pihak Zepp mundur dan mengurungkan rencananya itu dengan alasan pasar di Indonesia ternyata tidak menguntungkan.
Di tengah kondisi pasar entertainment yang sulit ini, masih banyak pihak-pihak di Indonesia yang tidak kenal lelah menyakinkan pihak Jepang untuk membawa artis mereka ke Indonesia dengan harapan perilaku fans di Indonesia mulai berubah menjadi lebih menghargai barang-barang original dan hak cipta jika mereka bisa menyaksikan langsung artis kesukaan mereka. Di tengah kekhawatiran industri entertainment Jepang mungkin mulai meninggalkan Indonesia, masih ada angin segar yang berhembus dengan diadakannya konser Aoi Eir dan May’n. Bahkan Crypton memutuskan untuk membawa konser Hatsune Miku ke Indonesia sebagai konser pertamanya di luar Jepang, karena berdasarkan survey yang didapat, tertulis banyak fans yang menginginkan Hatsune Miku datang dan megadakan konser ke Indonesia. Tetapi ketika Crypton sudah menyiapkan semuanya dan sudah siap datang ke Indonesia, kondisi di lapangan ternyata berbeda dengan data yang didapat. Fans yang pasti akan datangjumlahnya jauh lebih sedikit dari angka di data. Yang lebih para, kelakuan para fans yang menunjukkan Indonesia adalah negara yang tidak menghargai hak cipta membuat berang berbagai kalangan, termasuk pihak Crypton sendiri. Timbullah pertanyaan baru “Apakah data yang diambil di Indonesia akurat dan bisa dipercaya?”, peristiwa ini secara tak langsung membuat beberapa pihak tidak akan mudah percaya dengan data mengenai Indonesia yang membuat pihak-pihak yang ingin mendatangkan artis Jepang papan atas khawatir akan semakin sulit mendapatkan kepercayaan dari pihak Jepang.
Argumen pro dan kontra di antara fans pun terus bergulir. Di satu sisi khawatir kalau ke depannya tidak akan ada lagi artis Jepang ke Indonesia, di satu sisi mengtakan jumlah otaku di Indonesia sangat banyak maka jika pihak Jepang memilih tidak datang ke Indonesia maka yang rugi adalah pihak Jepang sendiri. Jika dilihat dari kenyataan yang ada, memang benar jumlah otaku di Indonesia sangatlah banyak, tapi yang menjadi pertanyaan adalah apa kontribusi mereka untuk si pembuat karya dan orang-orang di sekelilingnya yang sudah bersusah payah dan menghabiskan waktu untuk menghasilkan karya tersebut jika fansnya tidak menghargai betapa berharganya sebuah hak cipta? Pihak Jepang sendiri tidak akan merasa rugi jika tidak datang ke Indoensia karena masih ada negara lain dengan fans loyalnya yang mengharapkan kedatangan artis-artis Jepang. Jadi, pada akhirnya siapa yang dirugikan?
Text by Aditya Rai.